Tuesday, October 25, 2022

detektif remahan

DETEKTIF REMAHAN


6.TEMAN SEJATI

Nunuk adalah gadis biasa-biasa saja, tidak popular bahkan nyaris tidak dianggap dalam pergaulan di sekolah. Prestasinya juga biasa-biasa saja. Namun, beberapa hari belakangan ini namanya mulai dikenal di kalangan murid-murid di sekolah elit tersebut.  Bukan karena prestasi tetapi karena Nunuk menjadi korban bully Maura dan gengnya. 

Mungkin kesalahan terbesar Nunuk adalah karena ia melirik Stevan yang lewat di depannya, kebetulan saat itu Maura yang menjadi pacarnya Stevan sejak beberapa bulan ini, memergokinya.

Gadis itu tidak terima Nunuk mencuri pandang pada Stevan. Ia memaki-maki Nunuk dan menghinanya, meski Nunuk sudah meminta maaf berulang kali.

Maura dan teman-temannya seakan menemukan korban baru untuk pembullyan yang biasa mereka lakukan, setelah korban mereka sebelumnya pindah sekolah karena tidak tahan dengan perlakuan mereka.

Anak-anak yang  lain tidak ada yang berani melerai ataupun melaporkan kelompok Maura kepada guru, karena resikonya mereka nanti yang kena bully.

Sore itu Reva yang berjalan sendirian seusai rapat osis secara tidak sengaja menyaksikan langsung Maura dan teman-temannya membully Nunuk di belakang kantin yang mulai sepi.

Meski sedikit takut, Reva tidak terima kalau Nunuk diperlakukan tidak manusiawi seperti itu. Kepalanya diguyur air bekas cucian piring ibu kantin.

"Stop, kalian benar-benar keterlaluan!" teriak Reva sambil menghampiri mereka.

Maura melotot. "Reva, loe kagak usah ikut campur urusan kita!"

Reva memandang Maura. "Aku enggak akan ikut campur kalau kalian tidak keterlaluan seperti ini. Memang salah Nunuk itu sebebarnya apa sampai kalian segitu jahatnya memperlakukan dia?"

Helda yang berbadan tinggi besar tiba-tiba memukul Reva. Namun, dengan lincah gadis itu berkelit sambil menangkis  bahkan kini Reva  berbalik memiting tangan Helda.

"Sakit, lepasin tangan gue!" teriak Helda. Ia tidak menyangka bisa dikalahkan oleh Reva yang tubuhnya jauh lebih kecil darinya.

Dua orang teman Maura ikut menyerang. Namun, mereka bukan tandingan Reva. Pemilik sabuk hitam karate itu baru saja menjuarai kata perorangan putri tingkat kabupaten.

Mereka tidak berkutik di hadapan Reva. 

"Urusan kita belum selesai," ucap Maura kepada Reva,  setelah menyuruh teman-temannya untuk mundur.

Reva tidak menghiraukan ucapan gadis itu. Ia lebih fokus pada Nunuk yang menggigil kedinginan dengan pandangan mata kosong.

Beberapa anak yang tadi melihat kejadian itu baru berani menghampiri dan menolong Reva membawa Nunuk ke kantin.

Salah seorang di antaranya menyodorkan teh hangat. Sesungguhnya masih banyak yang peduli pada Nunuk, tetapi mereka takut kalau harus berurusan dengan Maura dan kelompoknya.

Keesokan harinya, Reva mendatangi kelas Nunuk. Ia ingin memastikan kalau gadis pendiam itu baik-baik saja. Ternyata Nunuk  tidak masuk sekolah, Reva bertanya kepada teman sekelasnya, tetapi mereka tidak tahu alasan Nunuk tidak masuk sekolah hari ini.

"Aku takut Nunuk kenapa-kenapa," ucap Reva pada Dinda yang menemaninya. 

Dinda menepuk bahu Reva. Ia sendiri juga tidak tahu harus berbuat apa. Ia kagum pada keberanian Reva menolong Nunuk sekaligus was-was dengan ancaman pembalasan Maura kepada gadis itu.

"Kalau besok tidak masuk sekolah, kita minta alamat Nunuk ke TU," usul Dinda.

Reva mengangguk setuju. Ia merasa kalau Nunuk memang tidak baik-baik saja.

Malam hari, saat Reva selesai mengerjakan tugas-tugas sekolah, ia membuka ponselnya. Ada beberapa pesan yang ia terima di Whatsapp. 

Tiba-tiba ia  menerima satu  pesan baru. Ia tidak mengenal pengirimnya. Namun, saat dilihat profilnya ternyata itu Maura. Hatinya sedikit bergetar. Jangan-jangan Maura ingin menatangnya. Reva bergegas membaca pesan dari Maura.

[Sorry gue ganggu malam-malam, gue dapat nomor telepon elu dari teman. Gue memang bajingan Rev, tetapi gue bukan pembunuh. Nunuk berniat bunuh diri karena gue. Dia mengirim surat ini. Please Rev, apa maksud Nunuk. Dia kasih waktu gue satu jam]

Reva mengatur napas sejenak kemudian membaca tulisan Nunuk yang dikirimkan pada Maura dan diforward gadis itu.

Barangkali dalam hatimu ada rasa sesaL
Atau merasa berdosA
Lalu apa yang kini  bisa kaulakukaN
Karena semua sudah terlambaT
Orang akan menjadikanmu tersangkA
Namaku akan menghantuimu tak pernah usaI
                                   He...he...he (3)
                                   
Reva melihat waktu pengiriman pesan dari Maura, berarti masih tersisa empat puluh lima menit lagi. Ia langsung berlari keluar kamar.

"Kak Maha, bangun Kak, Nunuk mau bunuh diri!" Reva mengguncang-guncang tubuh kakaknya 

Maha yang tertidur di sofa dengan remote TV di tangannya langsung terduduk kaget.

"Kebiasaan banget sih, Reva, teriak-teriak di deket telinga orang," gerutunya dengan mata masih terpejam.

"Kak, ayolah cepat, Nunuk mau bunuh diri," ucap Reva dengan suara panik. 

"Nunuk, siapa?" tanya Maha sambil menguap.

 Reva menceritakan dengan singkat kejadian bullying yang dialami oleh Nunuk di sekolah.

Maha mengucek matanya, kemudian mengambil ponsel Reva. Ia membaca tulisan Nunuk untuk Maura. 

 Maha terdiam sebentar, kemudian mengulangi kembali membaca tulisan itu dengan saksama.

"Telepon Maura, share loc, kita jemput dia sekarang," ucap Maha sambil bangkit. Ia menyambar jaket yang tergeletak di kursi, kemudian mengambil kunci mobil.  Bersyukur ayah dan bunda sedang pergi jadi mereka bisa langsung pergi tanpa harus pamitan dulu yang biasanya membutuhkan waktu cukup lama sebelum izin didapat.

Tanpa membuang waktu, Reva menghubungi Maura, suara gadis itu terdengar bergetar. Reva yakin Maura tidak berbohong untuk masalah ini. 

"Kita mau ke mana?" tanya Maura, saat mobil Maha menjemputnya.

"Sekolah, untung kamu masih punya pikiran waras menghubungi adik gue. Kalau tidak Nunuk mungkin tidak akan selamat." Maha mengecam Reva.

"Kenapa kita ke sekolah?" Reva dan Maura bertanya serempak. Sejak di rumah tadi Maha belum menjelaskan apa-apa.

"Baca kembali tulisan yang dibuat  Nunuk, selain mengucapkan peringatan buat Maura, ia juga memberi tahu lokasi bunuh dirinya."

Reva mengembuskan napas, saat berhasil menebak lokasi yang disebutkan Nunuk, kemudian menjelaskan kepada Maura.

"Balkon, lantai 3," ucap Maura. Ia menangis sesengukan. Itu tempat pertama kali Nunuk dibully habis-habisan. Rangkaian peristiwa itu berkelebat di benaknya. Bagaimana ia melampiaskan semua kesal pada Nunuk. 

Begitu tiba di sekolah, mereka langsung menghubungi petugas keamanan yang berjaga. Tanpa membuang waktu lagi mereka berempat langsung berlari menuju balkon lantai 3.

Angin mengembus kencang, malaikat maut seakan menunggu satu nyawa di sana. Nyawa seorang gadis yang ketakutan dan putus asa.

Sepi ...
Di tembok pembatas balkon sesosok tubuh berdiri, wajahnya lurus ke depan. Tatapan matanya kosong. Rambutnya yang tergerai sebahu berkibar tertiup angin.

Maha memberikan isyarat agar jangan mengagetkan Nunuk. Petugas keamanan berjalan mengendap-endap sampai ke belakang Nunuk. Lalu dengan sigap menarik tubuh ringkih itu.

"Lepaskan, biarkan aku mati sekarang, aku udah enggak kuat lagi!" teriak Nunuk histeris.

Reva menghampiri dan memeluk Nunuk. Ia menghibur gadis itu dengan kata-kata yang menenangkan.

Maura menunduk. Maha menghampiri gadis itu.

"Lihatlah, hasil dari perbuatanmu. Mungkin dia akan trauma seumur hidupnya. Sedangkan kamu, bagaimana akan mengenang peristiwa ini andai saja tadi kita terlambat datang?"

Maura menangis. Ini tangisan penyesalan pertamanya setelah selama ini membully murid-murid yang tidak disukainya.




rem blong


REM BLONG

"Bapaak,  Entong enggak bisa menghentikan laju mobil!" teriak Entong panik.

"Rem, dong," jawab Mang Ohle kalem.

"Susah, Pak. Entong udah nginjak rem sampai mentok ini."

"Bujug, Tong kecepatannya sampe 140 km/jam. Mau jadi pembalap?"

Entong tidak menjawab, tangannya memegang kemudi dengan gemetar. Tiba tiba dari arah berlawanan sebuah mobil menyalip mobil lain sambil ngebut.

Entong berteriak histeris

"Bapak, Entong gak bisa ngindar, mobil ini bakalan ketabrak, bilangin sama Emak, Entong minta maaf kalau ada salah!"

Brak! Game over.

"Pulang, Tong. Koinnya udah  abis. Lagian cuma  main game aja loe drama banget!"

detektif remahan

DETEKTIF REMAHAN 6.TEMAN SEJATI Nunuk adalah gadis biasa-biasa saja, tidak popular bahkan nyaris tidak dianggap dalam pergaulan di sekolah. ...